Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2013

Lebah Si Penghasil Madu, Lebah Si Pekerja Keras

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang. Jika kita membayar pajak itu berarti kita ikut serta dalam pembangunan negara. Karena setiap pajak yang kita bayar nantinya akan membiayai pembangunan daerah – daerah di Indonesia. Dengan begitu negara sangat dibantu dengan kita membayar pajak. Jika kita rutin membayar pajak, kegiatan – kegiatan negara akan terlaksana dengan baik dalam bidang apapun. Seperti, politik, sosial, budaya dan yang lainnya. Sekarang ini lebah manjadi logo dalam iklan perpajakan. Lebah dipilih karena lebah dikenal sebagai serangga pekerja keras dan menghisap madu dari bunga tanpa merugikan, bahkan lebah dapat membantu sang bunga dalam perkembang biakannya untuk menyebarkan benih. Inilah yang dituju oleh Direktorat Jenderal Pajak, dengan membayar pajak wajib-pajak tidak merasa dirugikan. Sebaliknya, merasa lebih diuntungkan. Dari dulu Departemen Perpajakan memiliki iklan-iklan yang menarik perhatian dan terkadang mengocok perut dengan

Ada Apa dengan Sistem Pendidikan Indonesia?

Sistem pendidikan Indonesia seringkali mendapatkan kritik dari berbagai lapisan masyarakat. Baik dalam pembentukan kurikulum maupun dalam pelaksanaan Ujian Nasional. Tahun ini menteri pendidikan Indonesia dianggap gagal dalam melaksanakan Ujian Nasional 2013. Banyak soal serta lembar jawaban yang kurang dan keterlambatan soal datang ke sekolah-sekolah menjadi masalah utama tahun ini. Ujian Nasional menjadi hal yang menakutkan bagi para siswa sekolah. Secara psikologis siswa tentu lebih tertekan dengan kewajiban mereka lulus dalam ujian. Tuntutan yang datang dari orang tua maupun pihak sekolah menjadi tekanan yang dahsyat bagi siswa sekolah. Apakah UN salah? Mungkin iya, tetapi tidak seutuhnya kita menyalahkan UN. Jika kita perhatikan, kita telah diberi waktu 3 tahun menyiapkan diri untuk UN. Selalu kita berpikir ‘Belajar 3 tahun ditentukan dalam waktu 4 hari’, bagaimana kalau kita berpikir ‘Untuk menghadapi 4 hari kita diberi waktu 3 tahun’. Bukankah menteri pendidikan berbaik hati?