Langsung ke konten utama

Masalahmu adalah masalahmu, masalahku adalah masalahku

Saya mencoba selalu berada di depan pintu rumahmu. Seperti yang kamu lakukan ketika saya dalam keadaan yang tidak menenangkan. Saya ingin melakukan hal yang sama dengan apa yang kamu lakukan untuk saya. Ketika kamu memiliki masalah didalam rumah tersebut, saya mendengar kamu berteriak. Saya ingin mencoba masuk tapi kunci rumah itu hanya kamu yang punya. Saya berteriak mencoba untuk membantu. Tapi yang kamu katakan hanya bahwa kamu memiliki masalah yang sangat besar. Saya tidak tau apa itu. Saya hanya menerka-nerka, mencoba membantu dan memberikan solusi dari luar. Saya hanya ingin memastikan kamu tidak melakukan hal yang menyakiti diri kamu sendiri. Percayalah sekuat kemampuan saya akan selalu mencoba bertahan tepat didepan pintu walau yang punya keputusan pintu itu dibuka atau tidak hanya kamu sang pemilik rumah.

Lalu apa yang saya lakukan ketika saya yang ada diposisi kamu sehingga saya berfikir untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang kamu lakukan ke saya? Ketika saya berada dirumah saya dan berteriak minta tolong. Kamu selalu ada didepan pintu tanpa mengatakan apapun. Saya selalu menemukan kamu didepan pintu rumah saya walau hanya terdiam. Saya membuka pintu rumah saya tapi bukan untukmu, untuk diri saya sendiri. Sehingga saya keluar membawa suatu masalah yang ingin saya tunjukan padamu tanpa membiarkanmu melihat seisi rumah saya yang mungkin lebih berantakan dibandingkan masalah yang saya bawa keluar. Tapi kamu membantu saya memperbaiki masalah yang saya bawa keluar itu sehingga ketika saya sendiri kembali masuk kedalam rumah saya sudah tau cara memperbaiki sedikit demi sedikit semua kekacauan saya yang ada didalam rumah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pidato Seren Sumeren

Saat ujian praktek Bahasa Sunda SMP, saya berpidato Seren Sumeren atau serah terima pengantin (mungkin kalo di Indonesia-in) :D Dibawah ini pidato yang saya pilih :) Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bissmillah nu jadi sekar pangiring catur nu jadi tuturus laku muru sampuraning rahayu, banjaran jatining bagja. Alhamdulillah minangka panyinglar riya anu pasolengkrah dina manah, panundung ujub sareng takabur nu ngawujud dina kalbu, pangusir gumaki nu ngadaki dina ati. Nu tinggal iwal ti beresihna ati geusan nampa jorelatna Alloh, sareng safa’atna Rosululloh SAW. mangrupikeun salah sawios do’a nu nandakeun kadeudeuh anu maneuh ka gusti jungjunan alam kakasih Robbil ‘alamin. Mantena pisan anu janten tuturus laku kanggo umatna, kalebet urang sadaya geusan sumujud ka dzat Allah aja wajala. Palawargi jaler istri anu mulya utamina ka pangersa saebul bet di dieu, sim kuring atas nami kulawargi bapa H. Eman rawuh rombongan, disarengan ku muji syukur ka Gusti nu Maha Agung, ngahaturkeun re

Narative "The Legend of Malin Kundang"

  Pasti udah biasa kalo disekolah bahasa inggris belajar tentang narative, waktu SMP saya pernah disuruh untuk mencari sebuah narative. Narative dibawah ini yang berjudul 'The Legend of Malin Kundang' menjadi pilihan saya. The Legend of Malin Kundang             A long time ago, in a small village near the beach in West Sumatra, a women and her son lived. They were Malin Kundang and her mother. Her mother was a single parent because Malin Kundang’s father had passed away when he was a baby. Malin Kundang had to live hard with his mother. Malin Kundang was a healthy, diligent, and strong boy. He usually went to sea to catch fish. After getting fish he would bring it to his mother, or sold the caught fish in the town. One day, when Malin Kundang was sailing, he saw a merchant’s ship which was being raided by a small band of pirates. He helped the merchant. With his brave and power, Malin Kundang defeated the pirates. The merchant was so happy and thanked to him. In

Puasa Sosial Media di Ramadhan 1439 H

Source : Pinterest Bulan puasa kali ini seperti biasanya, tak ada yang spesial kecuali pikiran ini yang semakin liar. Gemini yang overthinking ini membuatku dilema dipertengahan bulan puasa ini. Perdebatan yang menguras emosi, yang debat siapa yang disini yang emosinya. Gitulah, efek media sosial. Liat postingan orang yang galau, mikirnya kemana-mana sampe nyalahin diri sendiri padahal belum tau postingan orang itu buat siapa. Pernah juga ngerasa orang posting sesuatu buat bales postingan, padahal belum tentu. Itu semua adalah pemikiran liar yang menjadi awal Puasa Sosial Media. Bukan berarti bener-bener ga make sosial media, karena sosial media masih ada manfaat positifnya juga kok. Dapet informasi ini-itu biar pas interaksi sama orang ga kudet-kudet amat. Maksud puasa sosial media disini stop dulu post di Instagram atau ngetweet di Twitter. Terhitung 2 minggu ini puasa sosial media, walaupun masih bandel retweet with comment :') But well, walaupun cuma 2 minggu dan